JADWAL PRAKTIKUM
ASSESMEN PSIKOLOGI I : INTELEGENSI (BINET) KLS : D ( PAGI ) TA. 2018/2019
Penggunaan tes Intelligensi Standford-Binet menjadi tes yang sangat dikenal di sejumlah fakultas psikologi di Indonesia. Tes intelligensi ini dikenal dengan sebutan tes Binet, tes ini mengesankan sejumlah mahasiswa. Kesan utama dari tes ini adalah, mahasiswa diminta membawa anak dengan rentang usia tertentu untuk praktikum. Interaksi mahasiswa pada anak harus terjadi, agar kelancaran tes dapat terwujud.
Metode Binet: skala Mental-Usia
Binet berpendapat bahwa anak yang lambat atau bodoh sama seperti anak normal yang mengalami keterbelakangan dalam perkembangan mentalnya. Pada pemeriksaan, anak lambat akan bertindak seperti anak normal dengan usia yang lebih muda, sedangkan kemampuan mental anak cerdas adalah karakteristik untuk yang lebih tua.
Sistem penilaian untuk menghitung rasio usia mental (MA) telah di tetapkan, sehingga MA rata-rata untuk sekelompok besar anak-anak usia kronologis (CA) tertentu, dalam faktanya, sama dengan CA. sebagai contoh, rata-rata MA untuk sampai anak 10 tahun sama dengan CA 10 tahun; tetapi, untuk anak 10 tahun tertentu, MA nya dapat di bawah, sama, atau di atas CA 10 tahun. Jad MA anak cerdas di atas CA nya; MA anak bodoh di bawah CA nya. Jelas skala usia-mental ini mudah diinterpretasikan oleh guru dan orang lain yang menghadapi anak-anak dengan kemampuan mental yang berbeda-beda.
Tiap butir tes disesuaikan dengan usia pada tingkat dimana sebagian anak menempuhnya. Usia mental anak didapatkan dengan menjumlahkan banyaknya butir soal yang dijawab secara tepat pada tingkat usia. Selain itu, terman menerapkan indeks intelegensia yang disarankan oleh ahli psikologi Jerman, Wiliam Stern. Indeks ini adalah Inteligence Quotient, yang umum dikenal sebagai IQ. Indeks ini mengekspresikan Intelegensia sebagai rasio usia mental (MA )terhadapa usia kronologis (CA).
IQ= MA/CAx100
100 digunakan sebagai pengali, sehingga IQ memilki nilai 100 jika MA sama dengan CA. Jika MA lebih rendah dari CA, maka IQ lebih kecil dari 100; dan sebaliknya jika MA lebih tinggi dari CA, maka IQ lebih tinggi dari 100.
Bagaimana Ia merancang tes tersebut?
Ia memperhatikan anak-anak memecahkan berbagai persoalan yang berbeda, dan membentuk serangkaian pertanyaan atau item yang tipikal dari prestasi anak-anak yang usianya berbeda-beda, dan membedakan pula anak-anak cemerlang dan bodoh.
Berikut merupakan contoh item skala asli yang diterbitkan tahun 1908, yang menunujukan jenis-jenis kemampuan yang dianggap rata-rata bagi anak-anak umur tiga dan tujuh tahun (Mahmud, dalam alex sobur:2003). Conto kemampuan anak :
Umur 3 tahun :
- Kemampuan menunjuk hidung, mata dan mulut
- Mengulang-ulang dua angka
- Kemampuan menyebut nama akhir
- Memberi nama-nama objek pada sebuah gambar
- Mengulang-ulang kalimat yang terdiri atas enam suku kata
Umur 8 tahun :
- Kemampuan memeberi nama pada sesuatu yng hilang dalam gambar-gambar yang sudah dikenal tapi belum selesai
- Mengetahui jumlah jari tangan kanan dan kiri tanpa menghitungnya
- Kemampuan mencontoh jajaran genjang
- Mengulang lima angka
- Menghitung tiga belas sen
- Mengetahui nama empat macam uang logam
Binet seperti tampak pada contoh diatas, mengeluarkan skala soal tes dengan kesulitan yang meningkat, yang mengukur jenis-jenis perubahan intelegensia, yang biasanya berkaitan dengan peningkatan usia. Semakin tinggi anak di dalam skala itu dengan menjawab soal secara tepat, semakin tinggi usia mental anak itu.